DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Pondasi
...........................................................................................
1
1.2 Fungsi Pondasi
.................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jenis-jenis
Pondasi...........................................................................................
1
2.2 Pondasi dangkal
..............................................................................................
1
2.3 Pondasi dalam..................................................................................................
1
2.4 Beban
Bangunan..............................................................................................
1
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................
1
3.2 Saran................................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi
bangunan yang berfungsi untuk menempatkan. bangunan dan meneruskan beban
yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat
menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada
system strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi
itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu
memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan
biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai
karakteristik yang bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi
karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat
volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis
tanah sama.
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan
mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda.
Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan
tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik,
karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada bagian yang
mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.
Pondasi dari
suatu bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari
bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian
bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah berfungsi meneruskan beban
atau gaya di atasnya dan termasuk berat pondasi ke tanah di bawahnya.
Sehingga
pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi
beberapa persyaratan, antara lain :
1. Cukup kuat
untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang
disebabkan muatan tegak ke bawah.
2. Dapat
menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan
tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak
stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
3. Menahan
gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organic
maupun anorganik.
4. Dapat
menahan tekanan air yang mungkin terjadi.
Suatu
konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan
tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat yang
ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari bangunannya
bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus
dibongkar.
Tanah tempat
konstruksi pondasi diletakkan harus cukup kuat. yang di dasarkan
atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-masing tempat, tidak sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman tanah yang kuat antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan tanah keadaan ini tergantung pada jenis susunan tanah setempat.
atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-masing tempat, tidak sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman tanah yang kuat antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan tanah keadaan ini tergantung pada jenis susunan tanah setempat.
1.3 Langkah Kerja Pemasangan Pondasi Batu Kali
a. Menyiapkan
bahan dan alat-alat dan letakan pada tempat pekerjaan.
b. Mengontrol
kedudukan profil pondasi dan memasang benang dari profil satu kelainnya.
c. Hamparkan
adukan/spesi untuk mulai memasang batu kali.
d. Permukaan batu
kali yang rata dipasang menghadap kearah luar.
e. Apabila
terdapat sela-sela/rongga antara susunan batu kali satu dengan yang lainnya
maka rongga tersebut di isi batu pecahan.
f. Usahakan untuk
susunan batu kali yang besar dipasang pada lapisan bagian bawah.
g. Siar/adukan batu
kali satu dengan batu kali lainnya tidak berimpit atau dibuat berselang saling
(zig-zag).
h. Permukaan
pasangan pondasi dibagian atas agar dibuat rata dan mendatar.
i. Isi dengan
adukan/spesi pada cela-cela antara susunan batu kali satu dengan lainnya agar
pasangan pondasi tidak keropos.
BAB II PEMBAHASAN
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu
bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban ( hidup dan
mati ) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari luar. Pada pondasi tidak
boleh terjadi penurunan pondasi setempat ataupun penurunan pondasi merata
melebihi dari batas – batas tertentu.
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar
bangunan tersebut, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah
padat yang mendukung pondasi.Pondasi pada tanah miring lebih dari 10 %, maka
pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan bagian
bawah dan atas rata.Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pondasi dangkal
2. Pondasi dalam
2.2. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman 0.8 – 1 meter.
Karena daya dukung tanah telah mencukupi. Jenis – jenis pondasi dangkal :
2.2.1 Pondasi rollag bata
2.2.1 Pondasi rollag bata
Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk
menopang berat beban pada bangunan.Namun, pada saat ini pondasi rollag bata
telah lama ditinggalkan.Selain mahal, pemasangannya pun membutuhkan waktu yang
lama serta tidak memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi
ini tetap digunakanuntuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.
2.2.2 Pondasi batu kali
Pondasi batu kali sering kita
temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini masih digunakan,
karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya yang
trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm dan
lebar pondasi atas 25 – 30 Cm.
Bahan lain yang murah sebagai
alternatif pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan bongkaran bekas
pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran jalan.Bekas bongkaran
tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang digunakan
ialah K-250 s/d K-300.Permukaannya yang tajam dan kasar mampu mengikat adukukan
semen dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata, tentu bongkaran
bekas beton jauh lebih kuat.Ukurannya rata – rata 30 x 30 Cm.
2.2.3 Pondasi sumuran
Pondasi sumuran atau cyclop
beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 Cm dengan kedalaman 1 – 2 meter.Di
dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit
pembesian dibagian atasnya.Pondasi ini kurang populer sebab banyak
kekurangannya, di antaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah
besar.Hal tersebut membuat pondasi ini kurang diminati.
2.2.4 Pondasi plat beton lajur
Pondasi palt beto lajur sangat
kuat, sebab seluruhnya terdiri dari beton bertulang tetapi harganya lebih mahal
dibandingkan dengan pondasi batu kali.Ukuran lebar pondasi lajur ini sama
dengan lebar bawah dari pondasi batu kali, yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi
plat beton lajur adalah pengganti pondasi batu kali.
2.2.5 Pondasi bor mini / Strauss pile
Pondasi bor mini atau strauss
pile ini digunakan pada kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau
rawa yang lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini
bisa digunakan untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai.Kedalamannya
2 – 5 meter.Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya
dengan mesin bor atau secara manual. Di atas pondasi bor mini ada blok
beton ( pile cap ). Pile cap ini merupakan media untuk mengikat kolom
dengan sloof.
2.3 Pondasi dalam
Di pakai untuk
bangunan bertanah lembek, bangunan berbentang lebar (memiliki jarak kolom lebih
dari 6 meter), dan bangunan bertingkat.
2.2.6 Bore pile
Bore pile adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter.Digunakan
untuk pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum memasang bore pile, permukaan
tanah dibor terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor. Hingga menemukan daya
dukung tanah yang sangat kuat untuk menopang pondasi.Setelah itu tulang
besi dimasukan kedalam permukaaan tanah yang telah dibor, kemudian dicor dengan
beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan biasanya pondasi ini terdiri
dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.
2.2.7 Tiang
pancang / Paku bumi
Tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya sja yang
membedakan bahan dasarnya.Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung
ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.Karena ujung
tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran.
2.3 Beban bangunan
Untuk mengetahui berat bangunan perlu diketahui
fungsi ruang di dalam rumah serta elemen struktur dan arsitektur apa saja yang
digunakan. Elemen struktur dan arsitektur tersebut adalah elemen yang ada di
atas pondasi dan pondasinya sendiri, seperti berat atap, berat dinding, berat
perabotan, dan berat pondasi.
Berat bangunan adalah hal yang sangat penting
untuk diperhatikan. Berat bangunan tersebut harus dapat disalurkan oleh pondasi
ke permukaan tanah keras. Contohnya, bila sebuah rumah dilengkapi dengan
perpustakaan, maka beban yang dihitung harus lebih besar, karena buku-buku
memiliki berat lebih besar setiap meter perseginya.
Menurut
Wolfgang Schueller , “beban yang
bekerja pada bangunan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, seperti beban
iklim, beban mati, dan beban hidup”. Beban iklim adalah beban
akibat cuaca, misalnya terpaan hujan dan hembusan angin. Beban mati adalah
beban struktur yang tidak dapat dipindah-pindah atau dihilangkan, seperti berat
kolom, balok, dan atap. Sementara itu, beban hidup adalah beban yang masih
dapat diadakan atau ditiadakan, seperti perabot, manusia, dan kendaraan
bermotor.
Pada intinya, pondasi menjaga kestabilan
bangunan terhadap beratnya sendiri akibat dari beban struktur bangunan dan
beban hidup maupun gaya dari luar bangunan, seperti angin, gempa, dan air
hujan.
2.3.1 Pondasi-Menerus
Pondasi bangunan dibedakan atas pondasi-dangkal
dan pondasi-dalam. Menurut Ir. Rudi Gunawan dalam buku Pengantar Teknik
Pondasi, dijelaskan bahwa perbedaan antara pondasi-dangkal dan pondasi-dalam
terletak pada perbandingan antara kedalaman dasar pondasi dari muka tanah (D)
dengan lebar pondasinya (B).
Biasanya rumah tinggal menggunakan pondasi-
dangkal dengan perbandingan D lebih kecil atau sama dengan B (D<=B).
Kedalaman pondasi (D) biasanya antara 0,6 m sampai 3 m. Pondasi-dangkal juga
dikenal dengan nama pondasi-langsung, karena semua beban bangunan langsung
disalurkan ke permukaan tanah keras dengan cara menyebarkan beban bangunan.
Sesuai dengan prinsipnya, beban harus langsung
disebarkan ke permukaan dasar pondasi. Dengan demikian, setiap sentimeter
persegi permukaan dasar pondasi harus menyalurkan beban kurang atau sebesar
dari daya dukung tanah yang ada.
Masih menurut Ir. Rudi Gunawan, ada beberapa
jenis pondasi-dangkal, yaitu pondasi-menerus, pondasi-telapak, pondasi-kaki
gabungan, dan pondasi-plat. Pondasi yang biasa digunakan untuk rumah tinggal
tidak bertingkat adalah pondasi-menerus. Artinya, pondasi dibuat sepanjang
dinding yang ada di rumah tersebut.
Lebar dasar pondasi-menerus adalah 2,5 kali dari
tebal dinding. Jadi, tebal pondasi minimal 70 cm untuk dinding 1/2 bata(1) dan
minimal 90 cm untuk dinding 1 bata(2). Kedalaman pondasi-menerus untuk di atas
tanah keras dengan dinding 1/2 bata cukup 60 cm sampai 80 cm, sedangkan untuk
dinding 1 bata, kedalamannya 80 cm sampai 100 cm. Bila bangunan memikul beban
yang cukup berat, sementara daya dukung tanahnya kecil, maka digunakan
pondasi-menerus dari plat beton bertulang.
Di atas batu
kali pada pondasi-menerus harus dipasangi balok sloof beton bertulang untuk
meratakan beban. Fungsi lain dari sloof adalah
sebagai pengikat antara struktur bagian atas tanah dengan struktur bagian dalam
tanah atau pondasi. Ikatan antara sloof dengan
elemen struktur lainnya dapat menggunakan angkur.
2.3.2 Pondasi-Telapak
Salah satu jenis pondasi yang biasa digunakan
pada rumah tinggal adalah pondasi-telapak. Pondasi ini harus memiliki ketebalan
yang cukup, untuk menghindari sobekan pada telapaknya akibat beban yang cukup
berat.
Untuk menghitung luas permukaan dasar
pondasi-menerus dan pondasi-telapak digunakan rumus:
A (cm2) = Total berat bangunan (kg)
Daya dukung tanah (kg/cm2)
Luas permukaan dasar pondasi harus cukup besar,
sesuai dengan ketebalan dinding. Selain permukaan pondasi tersebut dapat
menyalurkan beban merata ke permukaan tanah keras, juga sebagai penstabil
bangunan. Contoh perhitungan dapat dilihat pada boks.
Ada satu jenis pondasi lain yaitu pondasi rollag, yang khusus
digunakan untuk pondasi-teras atau emperan. Pondasi jenis ini tidak untuk
memikul dan menyalurkan beban bangunan yang berat. Pondasi ini terbuat dari
batu bata atau dari batu kali, yang kedalamannya hanya 40 cm sampai 70 cm dan
memiliki lebar 30 cm sampai 70 cm.
BAB III PENUTUP
3.1 SARAN
Cara Menentukan Jenis Pondasi:
Dalam pemilihan bentuk pondasi dan jenis pondasi yang
memadahi, perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan pondasi tersebut.
Hal ini disebabkan tidak semua jenis pondasi dapat dilaksanakan di
semua tempat.(Misal penggunaan pondasi tiang pancang pada daerah padat
penduduk tentu tidak tepat meskipun secara teknis telah memenuhi syarat).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pondasi :
· Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi.
· Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure).
· Faktor lingkungan.
· waktu pekerjaan pondasi
· Biaya pengerjaan pondasi
Pemilihan pondasi berdasar daya dukung tanah :
·
Bila tanah keras terletak pada
permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya
adalah pondasi dangkal. (misal:pondasi jalur, pondasi telapak
atau pondasi strauss).
·
Bila tanah keras terletak pada
kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya
adalah pondasi tiang minipile, pondasisumuran atau pondasi bored
pile.
·
Bila tanah keras
terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya
adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah
menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983 adalah :
·
Tanah keras (lebih dari 5
kg/cm2).
·
Tanah sedang (2-5
kg/cm2)
·
Tanah lunak (0,5-2
g/cm2)
·
Tanah amat lunak
(0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah
tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara sederhana.
Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.
Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.
Daya Dukung
Tanah
Elemen struktur yang di bawah tanah, alias
pondasi, bertugas sebagai dasar dari bangunan dan meneruskan beban bangunan
tersebut ke tanah yang cukup kuat mendukungnya.
Tanah
memiliki kemampuan atau daya dukung yang berbeda-beda. Hal ini dapat diketahui
dengan cara melakukan tes penyelidikan tanah. Permukaan dasar pondasi lebih
baik bila langsung menyentuh tanah keras. Dengan demikian, semua beban yang
harus disalurkan ke dalam tanah dapat langsung didistribusikan ke permukaan
tanah keras.
Bila bangunan berdiri di atas tanah yang
memiliki daya dukung rendah, bangunan tersebut dipastikan akan melesak ke dalam
tanah. Ibaratnya seperti kepalan tangan yang ditekankan pada sepotong roti. Di
permukaan roti pasti terdapat lubang sebesar kepalan tangan tersebut. Berbeda
bila kepalan tangan tersebut ditekan pada sepotong besi. Apa yang terjadi?
Tidak ada lubang bekas kepalan tangan di permukaan besi.
Kepalan tangan tersebut diandaikan sebuah rumah
yang memiliki bobot dan akan diletakkan di atas tanah. Rumah tersebut memiliki
berat yang berasal dari benda yang berada di atas atau di dalam rumah tersebut,
seperti atap, lantai, dinding, perabot, manusia, air hujan. Berat rumah
tersebut harus dapat didukung oleh tanah yang ada di bawahnya.
Daya dukung tanah memiliki satuan kg/cm2 atau
t/m2. Contohnya, sebuah lahan memiliki daya dukung tanah 0,75 kg/cm2. Artinya,
setiap sentimeter persegi tanah mampu mendukung 0,75 kg berat bangunan. Bila
ternyata setiap sentimeter persegi tanah dibebani lebih dari 0,75 kg (misalnya
1 kg), maka akan terjadi kelebihan beban setiap sentimeter persegi dan bangunan
akan mengalami penurunan.
3.2 KESIMPULAN
Ketepatan
Pemilihan
Memilih pondasi yang akan digunakan pada rumah
tinggal haruslah tepat. Ketidaktepatan dalam pemilihan pondasi akan berakibat
fatal pada bangunan, seperti penurunan bangunan, sehingga tanah yang mengalami
desakan akan terangkat naik. Akibat lain, struktur bangunan akan mengalami
pergerakan dan terjadi retak-retak pada badan bangunan. Semakin lama retak
tersebut akan semakin besar dan dapat menimbulkan keruntuhan bangunan.
Pemilihan pondasi, selain memperhitungkan
keadaan tanah (daya dukung tanah), juga perlu memperhatikan lokasi dan fungsi
bangunan. Jika bangunan tidak bertingkat berlokasi di tepi jalan raya yang
dilewati oleh kendaraan berat, maka sebaiknya menggunakan pondasi-menerus yang
ditambah perkuatan ekstra. Apalagi bila bangunan tersebut berada di tanah yang
memiliki perbedaan ketinggian yang cukup besar. Perkuatan ekstra yang dimaksud
adalah pebambahan pondasi-menerus plat beton bertulang atau pondasi-telapak
pada titik-titik pondasi di bawah kolom struktural.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar